Penulis : Leyla Hana
Penerbit : Pelangi Indonesia
Terbit : 2013
Tebal
Buku : viii + 376 halaman
ISBN : 9786027800854
Nazma adalah seorang mahasiswi aktivis rohis kampus. Segala tingkah lakunya, tutur katanya, tak pernah lepas dari koridor syariah. Seperti lazimnya aktivis rohis, yang saling menyapa dengan sebutan ukhti-akhi, yang dalam interaksi dituntut untuk senantiasa ghadul bashar (menundukkan pandangan), yang tidak berlebihan dalam canda-tawa terutama jika itu menyangkut bukan mahram, demikianlah seorang Nazma.
Namun
yang namanya virus merah jambu, siapa sangka ternyata akan menghanyutkan
seorang sealim Nazma sekalipun. Ketika hatinya mulai kepincut oleh seorang
ikhwan sesama aktivis, Ahmad Faisal, entah kenapa setan begitu mudah mengambil
alih hatinya. Yang tadinya Nazma sangat menjaga pergaulan, bersama Faisal mudah
saja ia mengobrol bersama, pulang bersama, bahkan hingga menemani Faisal ketika
ia harus dirawat di rumah sakit.
Ketika
akhirnya rumor menyebar di kalangan aktivis dakwah kampus, mengenai hubungan
Nazma-Faisal, tak urung keduanya langsung disidang. Pilihannya hanya dua,
menikah atau menjauh. Namun ketidaksiapan keduanya, terutama Faisal, membuat
keduanya pun memutuskan untuk menjauh.
Lalu
bagaimana selanjutnya dengan Nazma dan Faisal? Tahun-tahun berlalu, keduanya
tetap tidak membuka kontak sama sekali hingga keduanya lulus dan masing-masing
sibuk dengan pekerjaannya. Padahal dalam hati Faisal telah berjanji suatu saat
akan meminang Nazma jika dirinya telah mapan dan siap. Demikian pula Nazma, tak
pernah ia bisa melupakan cintanya kepada Faisal.
Namun
apa daya, takdir berkata lain. Ketika usia Nazma telah cukup matang untuk
mengarungi mahligai rumah tangga, ia menerima pinangan orang lain. Seorang
lelaki yang diajukan oleh guru mengajinya. Hingga akhirnya pernikahan
dilangsungkan. Nazma pun bertekad untuk mencintai suami pilihannya tersebut.
Namun siapa sangka, ketika tiba hari pernikahan barulah dirinya tahu, rupanya
calon suami Nazma adalah kakak kandung Faisal!
Bagai
tersambar petir di siang bolong keduanya sama-sama tercekat. Bagaimana pun
masih ada getar rasa di hati Nazma untuk Faisal, demikian pula sebaliknya. Lalu
bagaimana mereka menyikapi hal tersebut?
Dengan
kelincahan kata-katanya, Leyla Hana berhasil mengangkat sebuah fenomena yang
tak jarang terjadi di antara aktivis dakwah kampus. Virus merah jambu, sidang,
dan perjodohan melalui murabbi. Bagi
siapa pun yang pernah terlibat atau setidaknya mengamati geliat yang terjadi di
kalangan aktivis dakwah, pasti akan tergelitik jika membaca kisah ini.
Cinta,
nyaris selalu menjadi sesuatu yang misteri. Kepada siapa hati kita akan
terpaut? Dengan siapa diri kita akan mengarungi samudera pernikahan, semua
adalah misteri. Sebuah keberuntungan,
manakala pernikahan dan cinta yang kita rasakan ditakdirkan seiring sejalan
kepada satu orang yang sama. Bagaimana bila tidak? Kita menikah dengan siapa
namun cinta yang hadir dalam hati entah untuk siapa. Namun seperti yang terjadi
kepada Nazma dan Faisal, lantas bolehkah seseorang mencintai orang lain yang
bukan pasangan resminya?
Tentu
saja, ketika perasaan menguasai hati yang perlu dilakukan adalah kembali kepada
titah Ilahi. Karena ketika ego manusia dipaksakan untuk terwujud tanpa kendali
dan aturan maka hanya kerusakan yang akan dituai. Serahkanlah semua cinta
kepada sang pemilik cinta, karena hanya Dia-lah yang Maha membolak-balikkan
hati manusia.
Di buat film kalo bisa, biar tambah seru
ReplyDelete